Nulis Tanpa Batas

Nulis Tanpa Batas

Jika Aku yang kau rasa benar.

Senin, 17 November 2014

Ada begitu banyak kebohongan yang aku simpan. Salah satunya adalah merasa tidak apa-apa ketika kamu angkat tangan, menyerah atas kita. Salah duanya, aku merasa baik-baik saja ketika kamu tak ada. Salah tiganya, aku merasa biasa saja saat di sana, di dada kirimu, kamu sudah hapus namaku dan menggantinya dengan nama orang lain.

Oh, dengan ukiran yang lebih indah.

Mungkin.


Menurutku, cinta tak harus memiliki, tapi sebaik-baik cinta adalah yang saling memperjuangkan dan yang tabah mempertahankan, layaknya dua tangan dalam satu genggam yang saling menguatkan dan enggan merenggang.

Cinta memang tak harus memiliki,  Tapi cinta itu, keduanya saling menjaga. Bukan hanya salah satu saja..

Aku peranah merasa kamu adalah satu" nya laki" yang bisa merubah ku, memberi kebahagiaan,memberi cinta yang besar.

Namun, aku juga pernah jatuh terlalu dalam ,hingga aku lupa bagaimana cara nya untuk bangkit.
Aku penah berfikir , Tuhan menciptakan cinta dgn paket lengkap. Seperti ini. Di dalam cinta, ada kebahagiaan dan ada luka. Luka menurutku bisa jadi bahagia ketika kamu dapat belajar dari luka trsbut.. Betapa aku mencintai laki" seperti ayah ku. Beliau hebaat. Selalu punya cara untk membuat wanitanya tersenyum, walaupun sebnarnya ia lelah karna kerja. Tapi itu ayahkku. Bukan aku. Aku adalah remaja yang hatinya sedang dalam keadaan emergency.
Kepada kamu yg pernah ada di hatiku, kumohon jgn rubah sikap mu itu.jadilah kebanggaanku, agar kelak jika kita menjadi satu aku takkan merasakan sakitnya seperti sekarang.

(VIA)


Akhir

Minggu, 16 November 2014

Teruntuk kamu.

Mungkin kamu tak akan mengerti bagaimana rasanya dirundung kesepian seperti malam-malam yang selama ini kulalui. Ah ralat, maksudku sepanjang tik tok jam yang aku lalui, tak hanya malam-malam lagi. Setiap hari. Sebab toh kamu punya banyak sekali teman, banyak sekali obrolan dan perbincangan, pun rencana-rencana untuk pergi bersama entah dengan siapa yang jelas bukan aku.

Mungkin juga kamu tak akan pernah menyangka betapa pedih rasanya ketika kamu mau melakukan apapun yang seseorang minta, tapi dia tak melakukan hal yang sama. Seperti menjadikannya nomor satu sementara kamu bahkan tak menduduki posisi kedua, ketiga atau bahkan kelima dalam hidupnya.

Mungkin lagi, kamu tak akan pernah peduli betapa kamu begitu dicintai dan dibutuhkan.

Mungkin kamu tidak akan tahu, bagaimana rasanya seseorang menahan rindu dan pura" tegar di hadapanmu.


Yang salah mungkin justru aku, memberimu waktu untuk sibuk sendiri, lalu aku kehilangan kamu.

Jadi tak salah sama sekali jika kamu memilih pergi mencari suasana baru, padahal ada aku yang siap ada untukmu.

Tak salah pula jika kamu memilih melakukan hal-hal yang menyenangkan sendirian, atau bersama teman-teman, atau entah siapa.

Sekali lagi kamu tak salah.

Yang salah mungkin justru aku.

Kamu tak bertanggung jawab atas pedih, sedih, dan sakit yang aku rasakan karena kehilangan kamu. Yang bertanggung jawab mungkin adalah kesepian-kesepian yang aku ciptakan sendiri.

Mungkin bukan pula salahmu ketika kamu berubah menjadi bangsat.

Mungkin salah kecewaku yang terlalu mengharapkanmu untuk selalu ada dan tak pernah minggat.

Hahaha. Mungkin kesepian itu seharusnya memang dibunuh lalu dihilangkan dari kamus kehidupan. Agar tak banyak orang yang menderita seperti aku di luar sana.

Aku menyayangimu. Sungguh.

Ada dua pilihan bagiku untuk menghadapi kamu. Mungkin aku perlu berkata kasar, tapi kamu nanti menangis dan sakit hati jika mendengarnya..

Atau aku biarkan kamu pergi. Dan tak pernah mengharapkanmu ada dalam hidupku lagi.

Oh ayolah, aku hanya marah.

Entah marah pada siapa. Bukan.. bukan padamu.

Aku tak mungkin mengatakan hal yang macam-macam karena aku tak mau melihatmu terluka. Tak pernah tega. Aku hanya pergi untuk sementara. Sampai kamu –jika aku beruntung- merasakan kesepian yang sama. Sampai kamu –jika aku beruntung lagi- merindukanku sama besarnya.

Aku hanya kesepian. Kesepian sekali.

Aku hanya sedang rindu. Rindu sekali.


Ah.. Sudah, sudah.. Kamu tak perlu memikirkan tentang sakitnya sepi yang mengiris nadi. Itu urusanku. Kamu pergilah. Sampai kamu temukan hal-hal yang membahagiakan. Kelak ketika kamu merasa lelah, dan benar-benar tak ada yang mendengarkanmu, kamu bisa temui aku lagi.

saat MASIH indah

Rabu, 05 November 2014

Biar saya buka tulisan saya kali ini dengan “hai” agar tampak menyenangkan. Dan tak terlalu tampak bahwa saya sedang dalam keadaan yg tak baik.

Jadi..

Hai.

Jadi, apa rasanya jatuh cinta?

Masih ingat?

Menyenangkan ya?

Rasanya semua hal ingin kita lakukan bersama yang dicinta. Tertawa, bercerita, ngambek manja, minta jemput, semuanya. Tidak sulit rasanya untuk berbahagia. Sangat.. sederhana.

Tapi tidak untuk para pelaku LDR.

LDR atau Lali nDuwe Relationship Long Distance Relationship adalah sesuatu yang sulit. Sangat sulit. Saya dulu pernah menggoda teman saya yang LDR juga tentang perasaan sendirian dan kesepian yang tercipta karena ia hanya bisa melakukan semuanya sendirian padahal jelas-jelas ia punya kekasih. “Pacaran macam apa itu?”, goda saya kala itu yang disambut dengan omelan-omelan judes yang semakin sering ia luncurkan justru semakin membuat saya terbahak. Sialnya, tepat 5 bulan setelah saya menggodanya, saya justru menjadi pejuang LDR juga.

Memutuskan untuk menjadi pejuang LDR cukup memakan waktu yang lama bagi saya. Mencoba untuk mengesampingkan perasaan suka saya yang keterlaluan pada laki-laki saya, saya berusaha berpikir jernih dan logis mengenai konsekuensi apa saja yang harus saya jalani, risiko apa saja yang harus saya hadapi, dan semuanya benar-benar membuat saya lelah sendiri sampai akhirnya timbullah pemikiran gila yang mendorong saya untuk menjalani saja. Toh saya tidak sendirian dalam berusaha. Kelak, akan ada si laki-laki yang menemani langkah saya. Ada si laki-laki yang berjuang sama besarnya. Maka bermodal kepercayaan saya terhadap si laki-laki, saya memutuskan untuk menerima cintanya dan menjadi pejuang LDR.

Ini bukan kali pertama saya pacaran ataupun kali pertama saya menjalani LDR, tapi.. entahlah, saya rasa semua orang akan menemukan satu sosok yang membuatnya seolah baru saja mengalami jatuh cinta untuk kali pertama, dan laki-laki saya.. adalah orang itu. Saya merasa seperti baru pertama kali jatuh cinta, baru pertama kali berjuang segigih yang saya bisa, baru pertama kali merasa diinginkan sampai sebegininya. Sebut saya berlebihan, sayang.. Tapi saya memang merasakannya.

Maka, saya jalani hubungan LDR ini dengan keyakinan bahwa saya memang sanggup, bahwa kami memang sanggup.

Awalnya, hubungan LDR terasa begitu biasa karena memang saya terbiasa melakukan banyak hal sendirian sampai akhirnya saya mulai aktif menggunakan instagram dan path yang di timelinenya berceceran teman-teman saya yang pamer sedang ngedate dengan pacar-pacarnya. Ah.. Itu hanya sedikit memengaruhi hati saya.


Laki-laki saya adalah tipe manusia yang sangat.. sangat menyenangkan untuk diajak berdiskusi atau berdebat sebab ia adalah laki-laki yang cerdas. Pernah sakin Jadi begitulah.. Intinya, karena LDR, beberapa hal menjadi sangat tidak menyenangkan.
LDR tidak mudah, memang. Dan saya sudah katakan kepada diri saya sendiri bahwa saya perlu cepat-cepat merestock kesabaran tiap kali mulai merasa lelah.

 Saya tidak mau menjadi perempuan manja yang selalu menangis tiap kali merasa rindu.Tapi akan selalu ada satu momen saat saya menangis tersedu-sedu, terisak-isak memohon supaya rindu tidak terlalu jalang menggerogoti dada saya, dan bayangan laki-laki saya tidak terlalu jahat menggelayuti kepala saya.

Satu momen yang membuat saya kesulitan bicara dan hanya menangis saja.

Satu momen yang membuat saya kelelahan karena menangis hingga tertidur pulas.

Satu momen yang menunjukkan saya adalah perempuan yang cukup kuat untuk menahan rindu dengan tegar


Hujanlah sudah mata saya.

Berubahlah saya menjadi seorang anak perempuan kecil yang menggenggam erat lengannya, menangis sesenggukan, bersyukur sekaligus takut kehilangan dia.