Nulis Tanpa Batas

Nulis Tanpa Batas

Dalam Diam,Ada Kamu.

Jumat, 15 Mei 2015

Dalam diam yang baik, ada seseorang yang tersenyum getir menahan debar jantungnya agar tidak gegabah, sebab ia berharap waktu berjalan cepat, kecuali saat menggenggam tanganmu.


Dalam diam yang baik, ada seseorang yang menjaga hatinya agar tak menyerah memahamimu, memperbaikimu, dan menguatkanmu sambil berharap tak pernah dihampiri keinginan untuk menyerah.

Dalam diam yang baik, ada seseorang yang membayangkan hidup dalam satu atap bersamamu.

Dalam diam yang baik, ada seseorang yang tak kenal lelah memantaskan diri untuk menjadi wanita yang bisa membuat lelakinya bahagia karena apapun yang telah dilakukan wanitanya untuk lelakinya.

Dalam diam yang baik, ada seseorang yang bersahabat baik sejadah. Ia duduk tenang dan menyerahkan apa yang ia tidak punya, memintal doa beserta amin dalam luruh air matanya.

Dalam diam yang baik, ada seseorang yang berharap besar ialah satu-satunya orang yang menjadi pemilik hatimu, selamanya.

Dalam diam yang baik, seseorang itu memiliki keinginan sederhana; selalu membuatmu bahagia karena menemukan separuh dirinya dalam dirimu.

Dari : seseorang yang terkadang egonya lebih menguasai pikirannya. namun dalam hatinya selalu sesak.
Merangir,15-05-2015 (20:41)

Apabila, Akan terjadi.

Sejujurnya, aku sedang cemas memikirkan esok hari kita akan seperti apa. Sebab begitu banyak kemungkinan dari ketidakmungkinan yang ada, serta ada satu hal yang mengganjal batinku tetapi enggan kutanyakan kepadamu, yaitu jawaban sebuah kalimat.

“Apakah engkau mencintaiku dan masihkah engkau mencintaiku?”


Setiap harinya, aku memangkas rindu yang tumbuh kering seperti alang-alang, semakin kutebas, semakin mereka meranggas. Hingga rasa lelah menasihatiku untuk berhenti dan membiarkan setiap malam dadaku meledak dengan batuk yang sesak, sebab apalagi yang bisa kuperbuat ketika kau lenyap selain menghibur kedua mataku yang bengkak?

Kau dan aku tak pernah tau kapan takdir menghancurleburkan definisi kita. Ia bukanlah penyabar, melainkan penghitung dan penagih  tanpa belas kasih.

Apabila esok hari bukan aku lagi yang kau khawatirkan, kau boleh mengetahui aku yang terlampau sering mengemis kepada jarum jam agar waktu berjalan cepat hingga kau dan aku berhadapan saling tatap.

Apabila esok hari bukan aku lagi yang kau cintai, ingatlah dulu ada debar yang membuat mu dan aku hingga tidak bisa  tidur.

Terimakasih kepada kamu yang bisa terima semua sifatku dengan dadamu yang lapang. hingga aku kagum akan sifatmu. :)

Kepada organ di dalam tubuh, yang penuh cinta~

Meski selalu ada kemungkinan, hati seringkali memaksakan diri untuk bertahan pada sebuah jatuh yang membuat pemiliknya lupa bagaimana cara tersenyusaat ini, aku masih ingat beribu-ribu hari yang lalu, patah hati mengubah semua warna menjadi gelap. Menjadi hitam. Legam. Penuh rasa takut, bahkan hanya sekadar berbalas tatapan mata untuk sepersekian detik.

Melihat bagaimana patah hati menyita seluruh kewarasan, bagaimana patah hati merenggut habis keinginan untuk hidup, dan bagaimana patah dapat hati membuat seseorang betah menikmati nestapa yang panjang.


Aku selalu bertanya-tanya mengapa semesta selalu sepihak mempertemukan dan memisahkan? Tak adakah kita memiliki kesempatan untuk menentukan sendiri?

Andai kata patah hati bukan pilihan yang harus dipilih, pada akhirnya itu selalu terjadi tanpa pernah bisa dihindari. Kita harus pasrah ditikam kejamnya kehilangan yang pada awalnya hanya anak-anak harapan yang lugu. Kemudian kita menjahit luka satu per satu dengan air mata sebagai jarumnya, dan ikhlas yang menjadi benangnya. Melukis senyum palsu untuk semua orang di dunia ini di depan cermin sambil berusaha keras agar kelopak mata tidak terjadi hujan badai yang membanjiri pipi. Dan berusaha terlihat tegar dan ceria dengan sisa-sisa tabah dalam tubuh yang ringkih hampir hancur.

Aku telah sadar dan banyak belajar dari waktu yang tak pernah pamrih menuntun hatiku singgah pada hati seseorang. Bahwasanya genggaman tangan bisa menenagkan.