Nulis Tanpa Batas

Nulis Tanpa Batas

Perencanaan dan Instruksi Teacher-Centered

Jumat, 31 Maret 2017

 Perencanaan dan Instruksi Teacher-Centered


Perencanaan Pelajaran Teacher-Centered
            Tiga alat umum yang berguna dalam perencanaan Teacher-centered adalah menciptakan sasaran behavioral(perilaku), menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi instruksional.
1.      Menciptakan Sasaran Behavioral
Sasaran behavioral adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert Mager (1962), sasaran behavioral harus spesifik. Dalam hal ini ada bagian utama, yaitu:
-          Perilaku murid. Fokus pada apa yang akan diperlajari atau dilakukan murid
-          Kondisi di mana perilaku terjadi. Menyatakan bagaimana perilaku akan di evaluasi atau di tes.
-          Kriteria kinerja. Menentukan level kinerja yang dapat diteima.
2.      Menganalisis Tugas
Alat lain dalam perencanaan Teacher-Centered adalah analisis tugas, yang difokuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid mengenai komponen-komponen. Analisis ini dapat melalui tiga langkah dasar :
- Menemtukan keahlian atau konsep yang diperlaukan murid untuk mempelajari tugas.
- Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pensil, kalkulator dan sebagainya.
- Mendaftar semua komponen tugas yang akan dilaksanakan.
3.      Menusun Taksonomi Instruksional
Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga domain : kognitif, afektif dan psikomotor.



1.      Domain Kognitif, mengandung enam sasaran
o   Pengetahuan. Murid punya kemampuan untuk menginggat informasi.
o   Pemahaman. Murid memahami informasi dan dapat menerangkannya dengan menggunakan kalimat mereka sendiri.
o   Aplikasi. Murid menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah kehidupan nyata.
o   Analisis. Murid memecah informasi yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan informasi lain.
o   Sintesis. Murid mengombinasikan elemen-elemen yang menciptakan informasi baru.
o   Evaluasi. Murid membuat penilaian dan keputusan yang baik.
Sasaran kognitif Bloom dapat dipakai saat penilaian perencanaan. Soal benar/salah, pilihan berganda, dan jawaban singkat sering kali dipakai untuk menilai pengetahuan dan pemahaman.

2.      Domain Afektif, terdiri dari lima sasaran :
o   Penerimaan. Murid mengetahui atau memperhatikan suatu lingkungan.
o   Respons. Murid termotivasi untuk belajar dan menunjukan perilaku baru sebagai hasil dari pengalaman.
o   Menghargai. Murid terlibat atau berkomitmen pada beberapa pengalaman.
o   Pengorganisasian. Murid mengintregasikan nilai baru keperangkat nilai yang sudah ada dan memberi prioritas yang tepat.
o   Menghargai Karakterisasi. Murid bertindak sesuai dengan nilai tersebut dan berkomitmen kepada nilai tersebut.

3.      Domain Psikomotor, sasaran psikomotor menurut Bloom adalah :
o   Gerak Refleks. Murid merespon suatu stimulus secara refleks tanpa perlu banyak berfikir.
o   Gerak Fundamental Dasar. Murid melakukan gerakan dasar dengan tujuan tertentu.
o   Kemampuan perseptual. Murid menggunakan indera seperti, penglihatan, pendengaran, dan sentuhan.
o   Kemampuan fisik. Murid mengembangkan daya tahan, kekuatan, fleksibelitas,dan kegesitan.
o   Perilaku nondiskusif. Murid mengomunikasikan perasaan dan emosinya melalui gerak tubuh.
Instruksi Langsung
            Instruksi langsung adalah pendekatan teacher-centerd yang terstruktur dan dirincikan oleh arahan dan kontrol guru, ekspektasi guru yang tinggi atas kemajuan murid, maksimalisasikan waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha oleh guru untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid (Joyce & Weil, 1996).

            Fokus instruksi langsung adalah, aktivitas akademik, materi non akademik (seperti makan,game, dan teka-teki) cenderung tidak dipakai, interaksi murid guru (seperti percakapan atau perhatian tentang diri atau pribadi) juga tidak begitu ditekankan. Tujuan penting dari instruksi langsung adalah memaksimalkan waktu belajar murid (Stevenson, 2000). Waktu yang dipakai murid pada tugas-tugas akademik di kelas dinamakan waktu pembelajaran akademik. Pembelajaran membutuhkan waktu. Semakin banyak waktu pembelajaran murid, semakin besar kemungkinan mereka mempelajari materi dan meraih standart tinggi. Premis instruksi langsung menyatakan bahwa cara terbaik untuk memaksimalkan tugas akademik adalah menciptakan lingkungan belajar yang berorientasi akademik secara terstruktur.

Cara Mengajar yang Efektif

CARA MENGAJAR YANG EFEKTIF



Mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid – murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal (Diaz 1997). Guru harus mempelajari berbagai perspektif dan strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal ini membutuhkan 2 hal utama : 1. Pengetahuan dan keahlian profesional, dan 2. Komitmen dan motivasi.

Pengetahuan dan Keahlian Profesional
            Guru yang efektif memiliki strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran, dan manajemen kelas. Mereka tahu bagaimana memotivasi, berkomunikasi , dan berhubungan secara efektif dengan murid-murid dari berbagai latar belakang kultural. Mereka juga memahami menggunakan teknologi yang tepat guna dalam kelas.
1.      Penguasaan Materi Pelajaran
Guru yang efektif harus berpengetahuan, fleksibel, dan memahami materi. Tentu saja, penggetahuan subjek materi bukan hanya mencakup fakta, istilah, dan konsep umum. Ini juga membutuhkan pengetahuan tentang dasar-dasar pengorganisasian materi, mengaitkan berbagai gagasan, cara berfikir dan berargumen, dan kemampuan untuk mengkaitkan satu gagasan dari suatu disiplin ilmu ke disiplin ilmu lainnya.
2.      Strategi Pengajaran
Prinsip konstruktivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pengalaman. Menurut pandangan ini , guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran anak, akan tetapi guru harus mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, dan berfikir secara kritis. Dewasa ini, konstruktivisme juga menekankan pada kolaborasi anak-anak saling bekerja sama untuk mengetahui dan memahami pelajaran. Namun, tidak semua orang setuju dengan pandangan konstruktivis ini. Beberapa pendidik lama masih percaya bahwa guru harus mengarahkan dan mengontrol cara belajar anak. Mereka juga percaya bahwa kondtrukvitis sering kali tidak fokus pada tugas akademik dasar atau kurang memperhatikan prestasi anak.
3.      Penetapan Tujuan dan Keahlian Perencanaan Instruksional
Guru yang efektif tidak hanya sekedar mengajar di kelas, entah itu dia memakai perspektif tradisional atau pun konstruktivis. Mereka harus menemtukan tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu. Mereka juga harus menyusun kriteria tertentu agar sukses. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk menyusun rencana instruksional, mengorganisasikan pelajaran agar murid meraih hasil yang maksimal dari kegiatan belajarnya. Dalam menyusun rencana, guru memikirkan tentang cara agar pelajaran bisa menantang sekaligus menarik
.
4.        Keahlian Manajemen Kelas
Aspek penting lain untuk menjadi guru yang efektif mampu menjaga kelas agar tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif membangun dan mempertahanka lingkungan kelas yang kondusif. Agar lingkungan ini optimal, guru perlu senantiasa meninjau ulang strategi penataan dan prosedur pengajaran, pengorganisasian kelompok, monitoring, dan mengaktifkan kelas, serta menangani tindakan murid yang mengganggu kelas.
5.      Keahlian Motivasional
Guru yang efektif punya strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar. Para ahli psikolog semakin percaya bahwa motivasi ini paling baik di dorong dengan memberi kesempatan murid untuk belajar di dunia nyata, agar setiap murid memiliki kesempatan menemui sesuatu yang baru. Guru yang baik akan memberi kesempatan murid untuk berfikir kreatif dan mendalam untuk proyek mereka sendiri (Runco, 1999)
6.      Keahlian Komunikasi
Yang juga diperlukan untuk mengajar adalah keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi non verbal dari murid, dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif. Keahlian komunikasi bukan hanya penting untuk mengajar, tetapi untuk berintraksi dengan orang tua murid. Guru yang efektif juga bekerja untuk meningkatkan keahlian komunikasi para murid. Ini secara khusus penting karena keahlian berkomunikasi dianggap penting sebagai keahlian yang paling banyak dicari oleh banyak perusahaan. (Collins, 1996)
Komitmen dan Motivasi
            Aspek ini mencakup sikap yang paling baik dan perhatian kepada murid. Guru yang efektif juga punya kepercayaan diri terhadap kemampuan mereka dan tidak akan membiarkan emosi negatif melunturkan motivasi mereka.

            Nah, bagaimana mengembangkan sikap positif dan mempertahankan semangat ,mengajar? Seperti hal nya dibidang lain, sukses akan melahirkan kesuksesan baru. Penting untuk menyadari masa ketika anda membuat perubahan dalam kehidupan murid. Mungkin anda tahu dari pengalaman pribadi bahwa apa-apa yang dilakukan guru akan menimbulkan perubahan. Semakin baik anda menjadi guru, semakin berharga pekerjaan anda. Dan jika anda semakin dihormati dan sukses di mata murid, maka anda akan merasa semakin bertambah komitmen anda.

Pembelajaran dalam Psikologi Pendidikan

Apa itu Pembelajaran?

            Proses belajar atau pembelajaran adalah fokus utama dalam psikologi pendidikan. Ketika seseorang ditanya apa fungsi sekolah itu, mereka biasanya akan menjawab “memebantu murid untuk belajar”. Jadi pembelajaran sendiri dapat didefenisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku,pengetahuan, dan keterampilan berfikir, yang diperoleh melalui pengalaman.
Nah, tidak semua yang kita tahu itu adalah belajar. Kemampuan-kemampuan yang sudak diwarisi sejak lahir itu sendiri bukanlah belajar. Misalnya saja ketika kita menelan makanan,berteriak, atau menutup mata saat silau. Tetapi perilaku kita tidak diwariskan begitu saja. Cakupan pembelajaran itu sangat luas. Pembelelajaran melibatkan perilaku akademik dan non akademik.
Pendekatan Untuk Belajar
            Adapun beberapa pendekatan untuk belajar yang harus kita ketahui yaitu :
1.      Pendekatan Behavioral
Behaviorisme sendiri adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan melalui proses mental. Menurut penganutnya sendiri, perilaku adalah segala jenis yang kita lakukan dan bisa dilihat secara langsung. Proses mental di defenisikan oleh psikolog sebagai pikiran,perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat langsung oleh orang lain.
2.      Pendekatan Kognitif
Disini kita ada 4 pendekatan yang akan kita diskusikan, yaitu : kognitif sosial, pemrosesan kognitif sosial, konstruktivis kognitif, dan konstruktivis sosial.
A.    Kognitif Sosial : yang menekankan bagaimana faktor perilaku,lingkungan, dan orang (kognitif) saling berinteraksi mempengaruhi proses pembelajaran.
B.     Pemrosessan Informasi : menitikberatkan bagaimana anak  memproses informasi melalui perhatian, ingatan, pemikiran, dan proses kognitif lainnya.
C.     Konstruktivis Sosial : fokus pada kolaborasi denganorang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman.
D.    Konstruktivis Kognitif : menekankan konstruksi kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman.
Pendekatan Behavioral Untuk Pembelajaran
            Pendekatan ini menekankan arti penting dari bagaimana anak membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku.
1.      Pengkondisian Klasik
Pengkondisian ini adalah tipe pembelajaran di mana suatu organisme belajar untuk mengkaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondisian klasik, stimulus netral diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna dan menimbulkan kapastitas untuk mengeluarkan respon yang sama.

2.      Pengkondisian Operan
Sebentuk pembelajaran di mana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku yang menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. Arsitek utama dari pengkondisian operan adlah B.F Skinner, yang pandangannya didasarkan pada pandangan E.L Thorndike. Adapun beberapa hal penting dalam pengkondisian Operan , yaitu
1.      Hukum Efek : prinsip bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat , dan perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah.
2.      Penguatan (imbalan) : adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa sesuatu perilaku akan terjadi.
3.      Hukuman : konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
4.      Penguatan positif : penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung.
5.      Penguatan negatif : penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan)
6.      Generalisasi , diskriminasi, dan pelenyapan : proses ini juga merupakan dimensi penting dari pengkondisian operan. Dalam pengkondisian klasik, generalisasi adalah tendensi dari suatu stimulus yang sama denga conditioned stimulus untuk menghasilkan respon yang sama terhadap conditioned respon. Generalisasi dalam pengkondisian operan berarti memberikan respon yang sama terhadap stimuli yang sama. Yang menarik adalah sejauh mana perilaku digeneralisir dari situasi ke situasi lainnya.
Inilah beberapa hal penting yang perlu kita ketahui dalam Pengokondisian Operan

Tugas Psikologi Pendidikan

Minggu, 19 Maret 2017

CARA BELAJAR EFEKTIF SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN

Kelompok 6
Via Dwi Wulandari                        161301003
Helen Oktavia S                             161301006
Fernaldo Frans                               161301021
Erika Sustari                                   161301031
Vania Salsabyla                              161301033
Risky Amelia Saragih                     161301061
M Prananda Sikumbang                 161301068

Implikasi Tahap Belajar Dan Perkembangan  Pada Masa TK (Taman Kanak-Kanak)
1.      Tumbuh Mandiri.
Anak anak mulai berpikir bahwa mereka dapat mandiri, ialah menjadi individu yang memiliki kepercayaan diri bahwa ia mampu melakukan dan menyelesaikan sesuatu, serta memiliki kemampuan bertindak sendiri walaupun masih sangat perlu bantuan dari orang tua.
2.      Belajar Memberi, Membagi, dan Menerima Kasih Sayang.
Dari pola khas kasih sayang yang self-centered, anak-anak akan mengembangkan kemampuan memberi, berbagi kasih sayang dengan sebayanya ataupun dengan orang yang lebih tua. Guru dan orang tua perlu membantu anak agar aman dan dicintai.
3.      Mampu Bergaul dengan Orang Lain.
Mereka perlu dibantu dan didukung untuk belajar teknik-teknik berinteraksi yang menimbulkan tanggapan positif dari orang lain.
4.      Belajar Mengontrol Diri.
Sasaran belajar adalah membuat anak mempunyai disiplin diri, mengarahkan diri atau mengatur diri sendiri.
5.      Mulai Memahami dan Mengontrol Dunia Kebendaan.
Guru mengembangkan inteligensi anak dengan memberi dukungan terhadap rasa ingin tahu,pikiran, penalaran, dan penggunaan informasi.

Cara Belajar Yang Efektif Untuk Siswa SD
  1. Anak yang cenderung visual dapat belajar dengan dipilihkan buku dengan gambar yang berwarna-warni, serta bergambar namun bukan buku komik.
  2. Bicaralah dengan nada tenang dan teratur. Anak-anak SDmembedakan guru mereka dari nada dan tinggi rendahnya suara para guru.
  3. Berceritalah dalam mengajarkan sesuatu dan gunakan nada yang berbeda untuk menekankan topik pelajaran.
  4. Metode belajar kolaboratif dengan melakukan kegiatan kelompok yang bekerja sama untuk memecahkan suatu masalah secara bersama untuk menempuh satu tujuan.
  5. Pekerjaan tangan (art&craft) : menggunting, menempel, menggambar, fingerpainting, membuat belajar semakin efektif bagi anak SD.
  6. Anak senang mengeksplorasi setiap hal yang ada di sekitarnya. Cara belajar yang efektif bagi anak yaitu dengan bereksperimen serta bereksplorasi. Contohnya anak diajak berekplorasi warna; putih dengan merah dicampur lalu akan melahirkan warna pink.
  7. Gunakan metode dimana anak harus mecoba melakukan sesuatu sendiri dan bukan hanya menyaksikan demo atau peragaan.

Cara Belajar Efektif Bagi Pelajar SMP
  1. Di awali dengan pengenalan materi yang akan di sajikan agar peserta didik dapat mengetahui dan tahu materi apa yang harus di pelajari. Serta memberikan bahan materi yang akan di pelajari selanjutnya.
  2. Guru dapat menggunakan pendekatan ekspositori yaitu, guru mengontrol atau menenukan suatu penyebaran suatu ilmu pengetahuan didalam kelas peserta didik dipandang sebagai objek yang menerima apa yang di berikan oleh guru. Dalam pendekatan ini menunjukan bahwa guru berperan lebih aktif dan lebih banyak melalukan aktivitas dibandingkan peserta didik.
  3. Sebelum memperdalam materi pembelajaran guru harus mengetahui tingkat kecerdasan peserta didik agar dapat membantu peserta didik jika mengalami kesulitan dalam memahami bahan pembelajaran.
  4. Menggunakan konsep “Masyarakat Belajar” (learning community), konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari kerjasama antar kelompok, dan antara yang sudah tahu ke belum tahu.
  5. Menggunakan sesi bertanya, dimana guru akan menanyakan apa saja yang tidak di pahami oleh peserta didik tentang apa yang sudah di pelajari, tujuan nya agar peserta didik dapat menerima materi pembelajara dengan baik serta memahami nya.
Cara Belajar Yang Efektif Untuk Siswa SMA 
1.      Karena pada saat dibangku SMA, mereka sudah bisa untuk berpikir tentang perencanaan dan inisiatif maka guru bisa memberikan suatu permasalahan yang lumayan kompleks agar para murid bisa menggunakan penalaran mereka untuk memecahkan masalah
2.      Belajar dengan lebih mandiri
3.      Mampu bekerja dalam kelompok secara lebih efektif
4.      Belajar dengan cara-cara yang lebih kreatif
5.      Dapat dengan mudah terdistraksi karena pengaruh lingkungan
6.      Guru dapat membantu siswa SMA menggunakan pendekatan keterampilan proses (discover approach) dengan memberi penekanan pada penguasaan konsep-konsep abstrak. 
7.      guru dapat mengajarkan bahasa asing ( second language ) pada para siswa SMA agar mereka semakin mahir dalam berbahasa kedua yang telah dipilihnya. 



Power Point Perencanaan, Instruksi, dan Teknologi

Senin, 06 Maret 2017

Berikut ini hasil dar kerja  kelompok 6 yang membahas tentang Perencanaan, Instruksi, dan Teknologi. Semoga Bermanfaat 😊

 


Anda dapat melihat hasil kerja kelompok kami di blog teman-teman saya berikut vania , Erika  , Mhd Prananda , Amel , Helen

Tugas Psikologi Pendidikan

Minggu, 05 Maret 2017

Tugas Psikologi Pendidikan
Kelompok 6
Via Dwi Wulandari                 161301003
Helen Oktavia S                      161301006
Fernaldo Frans                        161301021
Erika Sustari                            161301031
Vania Salsabyla                       161301033
Risky Amelia Saragih             161301061
M Prananda Sikumbang          161301068

·         Classical Conditioning
-          Ketika awalnya seseorang melihat pria berjubah putih, mengenakan peci, dan berjenggot tanpa menimbulkan reaksi apapun. Setelah ia mendengar beberapa berita tentang teroris yang melakukan aksi pengeboman dimana tersangkanya memiliki ciri-ciri yang sama dengan pria yang ia lihat sebelumnya, ia mulai mencoba untuk menjauh ketika melihat pria dengan ciri-ciri tersebut.
Stimulus netral = pria yang berjubah putih, mengenakan peci dan berjenggot.
Unconditioned stimulus = pengeboman.
Unconditioned respond = takut.
Conditioned stimulus = pria yang berjubah putih, mengenakan peci dan berjenggot (yang telah dipasangkan dengan unconditioned stimulus)
Conditioned respond = takut dan menghindar.
-          Seorang ibu yang tidak memberikan respon apa apa ketika melihat anaknya terdiam, meskipun ia tahu bahwa anaknya memiliki tipe periang. Setelah beberapa menit kemudian,  anaknya terserang asma dengan diikuti perilaku si anak yang terlihat susah bernafas dan menghasilkan mengi akibat menyempitnya saluran pernafasannya, si ibu akhirnya panik dan memberikannya obat. Akhirnya setiap kali si ibu melihat anaknya terdiam, ia meresponnya dengan sikap panik.
Stimulus netral = anak terdiam.
Unconditioned stimulus = anak terserang asma.
Unconditioned respond =panik.
Conditioned stimulus = anak terdiam (yang telah dipasangkan dengan unconditioned stimulus).
Conditioned respond = panik.
-          seorang guru ingin memberikan suatu stimulus agar para muridnya tidak membuat keributan ketika ia masuk kelas. Pada percobaan pertama, ketika guru masuk kelas dan mendapati muridnya masih membuat keributan, guru tersebut memukul papan tulis agar muridnya diam. Pada beberapa kali perlakuan yang sama, para murid langsung tertib ketika melihat guru mereka datang, padahal guru itu tidak lagi memukul papan tulis.
Unconditioned stimulus : Guru
Unconditioned Response : keributan anak murid saat guru datang
Conditioned Stimulus : pada saat guru memukul papan tulis
Conditioned Response : ketika para murid sontak langsung tertib ketika dipasangkan dengan conditioned stimulus
-          Seorang wanita terkena suatu penyakit yang disarakan oleh beberapa dokter untuk segera dioperasi. Pada saat konsultasi pertama, dokter menyarankan ia untuk melakukan operasi. Karena takut, wanita itupun pergi menemui beberapa dokter lain terus menerus namun para dokter tetap mengatakan ia harus dioperasi. Hal itu membuat wanita tersebut takut untuk mendatangi rumah sakit lagi.
Unconditioned stimulus : anjuran operasi
Unconditioned Response : rasa takut karena anjuran operasi
Conditioned Stimulus : saran dari dokter
Conditioned Response : saat ia merasa takut karena saran dari dokter
-          Anita sering sekali mendengar suara ambulance ketika lewat didepan rumahnya, karena rumah sakit berada dijalan yang sama dengan rumahnya. Setiap kali ambulance itu sampai selalu saja orang yang ingin diselamatkan tidak tertolong dan Anita pun mengucapkan “inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” setiap kali ambulance itu lewat. Tanpa melihat apakah ada orang yang meninggal pada saat ambulance lewat Anita pun tetap mengucapkannya.
Unconditioned stimulus : orang yang tidak tertolong nyawanya
Unconditioned Response : mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un
Conditioned Stimulus : suara ambulance
Conditioned Response : saat anita mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un karena mendengar suara ambulance

·         Operant Conditioning
-          Dulu saya jarang mau untuk mengantar orangtua saya ke suatu tempat, tetapi orangtua saya mulai mumbujuk dan akan memberikan saya tambahan uang jajan jika saya mau mengantar mereka ke suatu tempat. Maka dari itu saya sekarang mau mengantar orangtua saya karena adanya tambahan uang jajan yang diberikan.
-          Waktu saya kecil saya sering ngompol tiap malam hari dan saya tidak mau buang air kecil sebelum tidur, sehingga mama saya mengatakan kepada saya jika saya mengompol lagi maka mama saya akan adukan saya ke guru disekolah dan mengatakan kepada teman teman saya bahwa saya suka ngompol. Karena hal tersebut, saya menjadi takut jika saya ngompol dimalam hari, saya akhirnya ingat dan selalu buang air kecil sebelum tidur untuk menghindari saya mengompol lagi pada malam hari.
-          Susan yang pernah mengalami suatu kecelakaan karna hujan dan kondisi jalan yang rusak. Setelah sembuh, setiap kali melintas di jalan tersebut dengan kondisi hujan, susan selalu merasa cemas dan panik serta mengurangi kecepatan sepeda motornya.
-          Seorang anak kecil yang nakal ditakut-takuti oleh ibunya kalau dia nakal maka orang yang berbadan tinggi besar dan berambut gondrong di persimpangan gang rumahnya akan datang dan membawa anak tersebut bersamanya. Maka setiap kali anak itu melihat orang yang berbadan tinggi besar itu, ia langsung lari dan bersembunyi.
-          Ketika baron ingin berangkat ke Masjid untuk mengaji, ia selalu saja mencium tangan kakeknya dan diberi uang jajan yang lebih dari kakeknya sehingga Baron selalu saja mencium tangan kakeknya ketika akan pergi kemana pun.
·         Cognitive Conditioning
-          Seorang anak yang memiliki orang tua dengan tingkat kepercayaan dan tinggat depresi yang cukup tinggi dalam mengambil keputusan saat dalam masalah, maka anak tersebut berfikir secara lebih mendalam  tentang cara menyelesaikan masalah tanpa berfikir panjang.
-          Budi menanamkan pada dirinya untuk selalu menjadi siswa yang rajin dan mendapat nilai bagus, pada hasilnya ia menghasilkan ekspektasi positif dalam dirinya dan kemampuannya.
-          Di rumah, ibu selalu mengajar dengan metode memberikan gambar atau video yang menarik sesuai dengan topik pembelajaran anak. Dalam hal ini metode pembelajaran seperti ini yang kemungkinan lebih diingat dan diperhatikan oleh sang anak.
-          Seorang anak belajar dalam menyusun lego dengan bentuk yang anak tersebut inginkan
-          seorang driver taksi Blu Bird memilih rute yang “memutar” daripada rute yang lebih singkat ketika mengantar penumpang untuk mendapat biaya yang lebih tinggi