Pelajar
yang Tidak Biasa
Pelajar yang “tidak biasa” adalah anak-anak yang memiliki
gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat. Timbul
pertanyaan, siapakah anak yang menderita ketidakmampuan itu?
Dahulu istilah “ketidakmampuan” (disability) dan cacat
(handicap) dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah itu dibedakan.
Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan
seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita
ketidakmampuan. Kondisi ini bisa jadi disebabkan oleh masyarakat, lingkungan
fisik, atau sikap orang itu sendiri.
Para pendidik lebih sering menggunakan istilah anak
dengan keterbatasan. Tujuannya adalah memberi tekanan pada anak nya bukan pada
cacat atau kketidak mampuannya. Anak-anak yang menderita ketidakmampuan juga
tidak lagi disebut sebagai “handicaped” atau penyandang cacat. Kita akan
mengelompokan ketidakmampuan dan gangguan sebagai berikut:
1.
Gangguan Indra
Gangguan
indra mencakupngangguan atau kerusakan penglihatan dan pendengaran.
a.
Gangguan
Penglihatan. Beberapa murid mengalami gangguan
penglihatan (visual). Jika kita sering melihat anak yang memicingkan mata,
membaca buku dari jarak yang amat dekat, sering mengucek ngucek mata, dan
sering mengeluh karena pandangan kabur,maka suruh mereka untuk memeriksa diri.
Anak yang memiliki jarak pandang low vision, punya jarak pandang antara 20/70
dan 20/200 apabila dibantu lensa korektif. Anak low vision dapat membaca buku
dengan huruf besar atau dengan kaca pembesar. Salah satu tugas penting untuk
mengajar anak yang menderita gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah
menentukan modalitas seperti sentuhan,atau pendengaran yang dengannya murid
dapat belajar dengan baik. Anak yang leah penglihatan akan lebih baik disuruh
duduk di bangku paling depan di kelas. Salah satu persoalan dalam pendidikan
murid yang buta adalah rendahnya penggunaan Braille dan sedikitnya guru yang
menguasai dengan baik.
b.
Gangguan
Pendengaran. Gangguan pendengaran dapat menyulitkan
proses belajar anak. Anak yang tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih
anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara atau bahasa. Jika kita
melihat murid yang sering menempelkan telinganya ke sepeaker, sering meminta
pengulangan penjelasan, tidak mengikuti perintah, atau sering mengeluh sakit
telinga, dingin dan alergi, suruh mereka untuk memerikasakan diri ke ahli THT. Banyak anak yang memiliki masalah pendengaran mendapatkan
pengajaran tambahan di luar kelas reguler. Pendekatan pendidikan anak untuk
membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari 2 kategori,
pendekatan oral, dan pendekatan manual. Pendekatan oral antara lain menggunakan
metode membaca gerak bibir, speech reading, dan sejenisnya. Pendekatan manual
adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja jari. Bahas isyarat adalah sistem gerakan
tangan yang melambangkan kata. Pengejaan jari adlah mengeja setiap kata dengan
menandai setiap huruf dari satu kata.
c.
Gangguan
Fisik. Gangguan fisik antara lain adalah gangguana
ortopedik, seperti gangguan karena cedera di otak , dan gangguan kejang-kejang
·
Gangguan
ortopedik. Biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang
mampu mengontrol gerak karena adanya masalah di otot, tulang atau sendi.
Cerebral palsy adalah gangguan berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat
lemah dan goyah aatu bicaranya tidak jelas. Penyebab umum adalah kurangnya oksigen
saat kelahiran.
·
Gangguan
Kejang. Jenis yang sering dijumpai adalah epilepsi,
gangguan saraf yang biasnya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau
kejang-kejang . epilepsi muncul dalam beberapa bentuk yang berbeda. Jika anak
di dalam kelas sering melamun terutama
saat dalam tekanan sebaiknya cari tahu apakah anak itu bosan atau sedang minum
obat terlarang atau mengalami problem neurologis.
0 komentar:
Posting Komentar