Detik tak pernah melangkah mundur
ia santun menunduk pada takdir yang menuntun
meski sesekali puisiku masih mengingatmu
jarum jam ialah pengingat ulung
perihal melupakan
jika bukan takdir yang menginginkan pergi
aku memilih tinggal di sini untuk mencintai
serupa sajak yang ditulis dengan tinta airmata
menjadi sebentuk rindu yang masih tersisa
untukmu, entah malam ini atau lain hari,
untuk menyampaikan rindu yang acapkali menolak pergi
sajakku akan mendatangimu dengan wajah malu-malu
jika ada waktu, ajaklah ia bicara
agar ia mengerti
rindu tak seharusnya disimpan sendiri
hari ini aku memutuskan pergi
meski sebelumnya menjadi pilihan tak terjamah
tapi ribuan tanya telah menemukan jalannya
mungkin...
langkah ini hanyalah caraku membuktikan bulatnya bumi
berjalan menjauh agar bisa menemukanmu kembali
0 komentar:
Posting Komentar