"Untuk kamu. Dimana di sana, hatiku telah cukup lama
tinggal."
Aku lupa. Entah sejak kapan aku
mulai suka berbicara banyak hal kepadamu. Meluangkan banyak waktu hanya untuk
berbagi cerita-cerita tentang masa depan. Impian-impian kecil ku di masa depan.
Atau harapan-harapan ku untuk di masa depan.
Aku lupa. Entah bagaimana aku mulai
suka menatapmu lama-lama duduk tepat di depanku. Mendengarkan banyak cerita
yang kamu bagi untuk ku. Meluangkan banyak waktu hanya untuk mendengar
cerita-cerita tentang masa depanmu. Impian-impian kecil mu di masa depan. Atau
harapan-harapan mu untuk di masa depan.
Aku lupa. Entah dari mana datangnya
rasa takut untuk kehilangan kamu. Kehilangan cerita-cerita kamu yang sengaja
kamu perdengarkan untuk ku. Kehilangan banyak waktu yang biasa kita luangkan
bersama. Kehilangan caramu menghiburku ketika aku sedang tak baik.
Kamu pasti paling tahu. Aku tak
pandai untuk berbicara banyak tentang perasaanku sendiri untukmu. Aku bahkan
tak paham betul bagaimana aku harus menunjukkan sayang yang sebenarnya untukmu.
Aku tak seperti mereka yang mengatakan kepada orang lain, betapa mencintanya
mereka terhadap pasangannya. Dan seketika pula, mereka mengatakan betapa
bencinya mereka terhadap pasangannya.
Sungguh. Aku tak ingin seperti itu.
Aku tak ingin berlebihan mencintaimu. Aku pun tak ingin memaksamu untuk tinggal
di sini jika kau sudah tak mencintaiku. Kamu pun tak perlu memperdulikan
ketakutanku untuk kehilanganmu.
Aku bukanlah seorang pengingat yang
baik, sayang. Kamu pasti paham betul itu. Karena apa yang aku ingat secara
berlebih, itu lah yang akan aku lupakan terlebih dulu. Kamu tak perlu cemas.
Karena bahkan aku mengingatmu dengan cara yang sederhana.
Aku mengerti. Bagaimana upaya kamu
untuk tetap tinggal dengan perempuan keras kepala seperti aku. Bagaimana upaya
kamu untuk tetap bertahan menjaga perempuan menyebalkan seperti aku.
0 komentar:
Posting Komentar