Bagaimana Kabarmu?
Iya kamu yang sedang membaca ini.
Sebelum ke inti kamu harus persiapkan diri , tarik nafass, buang..
Baiklah Bee, aku akan menuliskan
tentang dirimu lagi yang tak akan bosan-bosan nya ku post kan.
“vi, apa yang tengah kau pikirkan?”
“aku baik-baik aja Bee”
“Vi, aku ini pacarmu, jangan sungkan untuk bercerita. Vi kau
tau kan betapa kita saling terbuka, lalu kenapa sore ini kamu berbeda”
“badanku sedikit kurang enak Bee”
“kalau begitu mari aku antar pulang Vi”
“jangan Bee. Kumohon . aku lebih baik berada di sampingmu
daripada tanpamu” ku berikan senyuman padanya
“asal kamu tau Vi, kalau boleh serumah aku akan tinggal
bersamamu. Menghabiskan waktu bersama berdua. Tanpa ada gangguan , tidak
seperti sekarang yang penuh rintangan” sorot matanya mulai berubah, tampaknya
ia sedang serius.
“jadi menurutmu sekarang kita sedang dipenuhi rintangan
Bee?”
“menurutmu gimana Vi?”
“aku selalu membawa masalah menjadi bahagia, sepi menjadi
penenang, sedih sebagai luapan. Kau tau Bee, betapa aku adalah sosok yang
paling bisa menyembunyikan rasa sakit.
Semuanya kubawa santai. Bahkan aku bisa menahan air mata kala bicara tentang
kita di sampingmu”
“tapi sore ini kamu bohong Vi”
“mmm” aku menyembunyikan wajahku dari tatapannya
“kau tau apa yang ku bilang bohong Vi?”
“aku gak bohong Bee” ucapku senggugukan
“air matamu keluar Vi, katamu kamu pandai menyembunyikan kesedihan saat
bersamaku. Tapi itu bohong” peluknya membuatku terasa tenang
“Bee, aku terlihat
lemah jika ada pangeran yang tak pantas aku bohongi”
Ia mulai mengambil saputangan nya , dan mengelap air mataku
“sudahlah Vi, kau tak perlu bohongi perasaanmu. Aku tak
sanggup liat bola matamu yang bening ,sekarang di basahi air mata”
Aku sadar betapa jeleknya rupa wajahku saat menahan tangis
di hadapannya. Aku mulai mengatur nafas
yang tak beraturan ini.
“Bee, sungguh kau anugrah yang paling sering aku banggakan
di hadapan_Nya saat aku dalam keadaan
suci, dan tanganku sejajar dengan dada”
“Terimakasih yang teramat padamu Vi, aku sungguh sungguh
dalam menjaga cinta kita”
Kami terhanyut dalam nyanyian burung, Ia menggenggam
tanganku erat. Aku menatapnya dalam, seakan aku tak ingin kehilangannya_
_Merangir, 01 Feb 2014_
0 komentar:
Posting Komentar